Tagarsurabaya.com – Rusia memastikan tidak akan menghentikan serangan militernya di Ukraina, bahkan jika negara tersebut secara resmi melepas keinginannya untuk bergabung dengan NATO.
Hal tersebut disampaikan Dmitry Medvedev, sekutu utama Presiden Vladimir Putin yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia. Medvedev juga merupakan mantan kepala negara Rusia.
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan televisi Prancis, ia menyebut Moskow akan terus melanjutkan serangan ke Ukraina hingga tujuan utamanya tercapai. Rusia sendiri ingin mendenazifikasi Ukraina.
“Ini sudah tidak cukup untuk kembali membangun perdamaian,” kata Medvedev, seperti dikutip Reuters, Minggu (28/8/2022).
Pernyataan tersebut dilontarkan Medvedev merespons langkah Ukraina yang ingin bergabung dengan NATO. Rusia mengaku siap mengadakan pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dengan sejumlah syarat tertentu.
Dalam beberapa bulan terakhir, Rusia dan Ukraina telah melakukan sejumlah pertemuan. Meski demikian, kedua belah pihak tidak membuat kemajuan. Bahkan, peluang keduanya untuk melakukan perundingan di masa depan disebut kian mengecil.
“[Pembicaraan] ini akan tergantung pada bagaimana peristiwa itu terjadi. Kami sudah siap,” katanya.
Putin sendiri telah meneken dekrit baru. Putin dalam dekritnya meningkatkan jumlah militer Rusia dari 1,9 juta menjadi 20,5 juta yang akan efektif per 1 Januari 2023 mendatang, seperti dilihat dalam portal resmi pemerintah.
“Terakhir kali Putin menetapkan jumlah tentara Rusia adalah pada November 2017,” tulis Reuters.
Dekrit baru ini dirilis di tengah enam bulan serangan Kremlin ke Ukraina. Sebelumnya di awal invasi Februari, Putin mengatakan akan memenangkan perang dalam tiga hari, namun berlanjut hingga kini.
Dalam perang Rusia sendiri belum menyebutkan berapa jumlah korban yang jatuh dari pihaknya. Namun Ukraina menyebut 1.351 tentara Moskow tewas. Barat sendiri memperkirakan angkanya lebih dari itu, bahkan hingga 10 kali lipat. Ukraina sendiri mengakui 9.000 personilnya meregang nyawa.