Tagarsurabaya.com – Perdana Menteri Israel Yair Lapid menyuarakan dukungan atas negara Palestina pada Kamis (22/9). Namun, mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu marah atas keputusan Lapid dan menilainya lemah.
Dalam pidatonya di sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Lapid mengatakan, “Kesepakatan dengan Palestina, berdasarkan [solusi] dua negara untuk dua bangsa, adalah hal yang tepat untuk keamanan Israel, untuk ekonomi Israel dan untuk masa depan anak-anak kita.”
“Terlepas dari semua hambatan, sampai hari ini sebagian besar warga Israel mendukung visi solusi dua negara ini. Saya salah satunya,” ujar Lapid lagi
Namun, pidato Lapid ini menuai amarah dari Netanyahu.
“Lapid telah membahayakan masa depan kita dan keberadaan kita di isu Palestina dan isu Iran,” kata Netanyahu merespons pidato Lapid di PBB, dikutip dari i24 News.
Ia lalu berkata, “Malam ini kita telah mendengar pidato yang penuh kelemahan, kekalahan, dan menyerah.”
“Setelah pemerintahan sayap kanan yang pernah dipimpin saya menghapus negara Palestina dari agenda dunia, setelah saya membawa empat kesepakatan damai dengan negara-negara Arab yang melangkahi veto orang-orang Palestina, Lapid membawa orang Palestina ke panggung terdepan dunia dan meletakkan Israel ke dalam lubang Palestina.”
Selain itu, Netanyahu menegaskan bahwa ia dan sekutunya “tidak akan mengizinkan hal itu.”
Netanyahu merupakan politikus Israel beraliran kanan. Ia kini menjabat sebagai pemimpin partai sayap kanan Israel, Likud.
Konflik antara Israel dan Palestina telah lama berlangsung. Israel sendiri merebut Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Jalur Gaza, yang merupakan wilayah Palestina, saat perang 1967.
Upaya untuk mencapai solusi dua negara antara Israel dan Palestina juga telah lama mandek. Bentrok juga kerap terjadi antara milisi Palestina dan militer Israel, membuat perdamaian semakin sulit diraih.
Meski begitu, Duta Besar AS untuk Israel Tom Nides menilai Lapid menunjukkan “keberanian” dalam pidatonya, karena dia secara blak-blakan mendukung solusi dua negara.