Tagarsurabaya.com – Abdullah langsung beranjak dari Solo, Jawa Tengah usai mendengar berita terdapatnya gempa bumi dengan magnitudo 5, 6 SR yang mengguncang Cianjur, Jawa Barat pada Senin (21/11).
Laki- laki berumur 40 tahun tersebut merasa tergerak buat turut menolong proses pencarian serta evakuasi korban gempa Cianjur. Ekspedisi ratusan km juga ditempuhnya.
Setibanya di posisi terdampak pada Selasa( 22/ 11), Abdullah langsung bergabung dengan sukarelawan selaku sopir ambulans.
” Sebab sukarelawan buat proses pencarian telah banyak, aku memutuskan bergabung buat menolong mengemudikan ambulans,” ucapnya dikala ditemui CNNIndonesia. com, Pekan( 27/ 11).
Selaku sukarelawan sopir ambulans, Abdullah hanya memiliki satu tugas utama, ialah membawakan korban yang sudah sukses dievakuasi ke rumah sakit. Entah dalam keadaan selamat ataupun wafat dunia, dia dituntut buat sesegera bisa jadi datang di rumah sakit.
Abdullah mengaku kalau tugas selaku sopir ambulans itu tidaklah masalah gampang.
Bersamaan tersiarnya berita gempa tersebut, banyak warga yang setelah itu berbondong- bondong mengarah Cianjur.
Abdullah tidak menampik banyak dari mereka mempunyai tujuan yang mulia, ialah menyalurkan dorongan logistik untuk mereka yang terdampak.
Hendak namun, pendistribusian dorongan yang tidak terpusat, kata ia, malah membuat ruas jalur jadi sangat riuh dengan kendaraan. Dampaknya, laju kendaraan kedokteran, semacam ambulans yang dibawanya, jadi tidak maksimal.
Keadaan itu baginya makin diperparah dengan tingkah ambulans bandel yang turut menyalakan sirine sementara itu tidak dalam kondisi bertugas. Perihal itu, kata ia, sekedar cuma buat bisa datang di posisi tujuan lebih kilat.
Celah ini pula yang banyak digunakan para donatur supaya penyaluran dorongan yang mereka jalani jadi lebih kilat. Alih- alih memakai kendaraan pengangkut logistik, mereka malah memakai ambulans serta sirinenya.
” Aku ketahui niatnya baik, banyak ambulans yang membawakan sumbangan. Tetapi mereka menyalakan sirine, rotatornya pula, jadi membatasi,” tegasnya.
Abdullah sendiri sempat kena getahnya akibat ulah bandel ambulans kosong. Dia mengaku pernah diberhentikan oleh petugas kepolisian sebab dikira cuma bawa dorongan.
Sementara itu, kata ia, dikala itu ambulans yang dia membawa tengah muat korban yang baru sukses dievakuasi. Abdullah jelas menyalakan sirine supaya jenazah kilat bisa datang di rumah sakit serta lekas diidentifikasi.
” Kita betul- betul membawa jenazah, kemarin pernah diberhentiin sama polisi, disuruh turut antrean[kendaraan]. Aku bilang ini amati saja, aku membawa jenazah,” jelasnya.
Karenanya, dia berharap supaya para sopir ambulans pembawa dorongan buat senantiasa tertib dikala terletak di jalur raya supaya tidak membatasi proses evakuasi korban.
” Kami mengimbau saja, kami ketahui iktikad mereka baik membawa dorongan. Hanya, tidak perlulah pasang sirine serta rotator jika enggak urgent sekali,” pungkasnya.
Pada Sabtu( 26/ 11), Tubuh Nasional Penanggulangan Bencana( BNPB) mencatat terdapat 318 orang wafat dunia akibat gempa yang terjalin di Cianjur. Sebanyak 12 korban gempa dilaporkan masih lenyap.
Setelah itu korban yang hadapi cedera sebanyak 7. 729 orang, terdiri dari 595 hadapi cedera berat serta 7. 134 hadapi cedera ringan. Sedangkan korban cedera berat yang dirawat di rumah sakit sebanyak 108 orang.