Tagarsurabaya.com – Keluarga Bunda Ruqoyah, masyarakat Jalan Nginden Gang 2, Kecamatan Sukolilo Surabaya, telah 6 bulan mengalami rumahnya dibuntu pagar tembok orang sebelah.
Bunda ini memohon supaya tembok batako itu dibongkar buat hanya akses keluar masuk rumah.
” Aku inginnya dibongkar mawon pagar temboke. Beri kami jalur walaupun itu bukan tanah kami. Ini diberi jalur pojok rumah, tetapi cocok cagak rumah orang,” rengek Bunda Ruqoyah dikala ditemui Rabu (4/1/2022).
Nampak Wanita ini terus memandang batako yang telah dipasang persis di ujung teras rumahnya.
Teras rumah selebar 1 m itu berbatasan dengan taman tetangganya.
Dikala ini teras Ruqoyah telah dibuntu tetangganya. Cuma menyisakan lewatan satu orang.
Roqoyah tinggal di gang kecil dengan rumah berdimensi kecil pula.
Tempat tinggalnya berhimpitan dengan masyarakat lain.
Gang kecil itu pres buat dimensi separuh m, cuma dapat dilewati motor.
Rumah kecil kepunyaan keluarga Ruqoyah berdekatan persis dengan rumah Bunda Yastin.
Rumah Yastin relatif lebih besar serta langsung menghadap gang II.
Sisi kanan rumah Yastin melekat rumah Ruqoyah.
” Telah dekat separuh tahun kami pagar sebab rencana buat parkir. Kami pagar supaya jelas batasan cocok yang diukur kelurahan. Ya nanti kami tembok,” ucap Yastin.
Walaupun demikian, Yastin bersama keluarganya telah merelakan separuh m buat akses melalui Ruqoyah
Tetapi sebab tidak aman dengan tembok batako persis di teras rumah, kesimpulannya melahirkan polemik masyarakat bertetangga ini.
Terlebih tidak cuma 2 keluarga ini. Keluarga yang lain pula merasakan akibat tembok- menembok serta pagar memagar rumah.
Hingga kesimpulannya perkara masyarakat ini hingga di Wakil Wali Kota Surabaya Armuji.
Wawali Cak Ji ini didampingi Lurah Nginden Jangkungan Novi Asti serta aparat kepolisian serta Satpol PP menghadiri posisi.
” Mari camat, lurah, RW RT, lebih peka memandang problem warganya. Jangan terdapat akses masyarakat dibuntu pagar dikala hidup bertetangga di Surabaya,” tegas Cak Ji di posisi.
Wawali Surabaya ini menyayangkan rasa kekeluargaan serta jiwa sosial antartetangga tidak dikedepankan.
Begitu datang di posisi, Cak Ji mengecek tembok batako di teras rumah Ruqoyah, pula tembok perbatasan rumah Yastin dengan rumah yang lain.
Cak Ji juga memohon keluarga Yastin serta Dasmiran( owner tanah) buat membuat akses permanen jalur buat masyarakat serta orang sebelah, minimun buat melalui sepeda motor.
Lurah Novi juga lekas membuatkan perjanjian masyarakat.
” Hendak kami buatkan perjanjian tertulis,” tandas Novi.
Cak Ji yang asli Nginden mengerti kalau kepemilikan tanah di kampung itu merambah generasi ke- empat.
Di sinilah permasalahya juga diawali, salah satu masyarakat yang rumahnya terletak di tengah- tengah menutup akses yang pas di kiri serta kanan taman.
Dikala jual beli dahulu, tidak terdapat perjanjian tertulis.
Orang dahulu dasarnya silih yakin.
Tetapi sebab pertumbuhan era dengan harga tanah kian mahal di Surabaya mencuat permasalahan.
Tetapi demikian, antartetangga hendaknya silih tepo seliro serta membicarakan baik- baik.
Hidup bertetangga silih mementingkan kepentingan sosial.
Perihal ini ditekankan dalam mediasi antarwarga.
Jangan terdapat lagi silih tutup akses jalur sebab alibi tanah kepunyaan.